Oleh:
MAHANANTO
Mahasiswa Program Magister IEP, PPSUB, Malang
Salyo Sutrisno
Dosen Jurusan SOSEK, Fakultas Pertanian, UB
Candra F Ananda
Dosen Jurusan SP, Fakultas Ekonomi, UB
Januari 2009
Tema: Faktor Produksi
Latar Belakang Masalah
Untuk memberikan gambaran tentang upaya peningkatan produksi beras di Indonesia bahwa laju pertumbuhan produksi padi, sebagai bahan pangan pokok, pada awalnya meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi pada periode 1989-83 yang ternyata mampu membawa ke tingkat swasembada beras pada tahun 1984 (Darwanto, 1998). Akan tetapi setelah ter-capai swasembada pangan (beras) pada tahun 1984 mengalami stagnasi dan pada sisi lain ternyata impor bahan pangan pada periode tersebut meningkat pula, seperti impor beras netto yang meningkat dari 12.808 ton pada tahun 1988 menjadi 1.623.499 ton pada tahun 1996 (Darwanto, 1998).
Krisis ekonomi yang menimpa negara kita akhir-akhir ini yang diikuti dengan terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap nilai dollar menyebabkan harga bahan pangan impor menjadi lebih mahal. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka peningkatan produksi pangan di dalam negeri perlu ditingkatkan lagi.
Program-program yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian terutama bahan pangan beras telah di-rumuskan oleh pemerintah dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, program-program tersebut meliputi: intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi, dan dever-sifikasi. Akan tetapi didalam pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian kita dapatkan perbedaan antara hasil nyata (riil) yang diperoleh petani dengan hasil potensial yang bisa dicapai oleh petani atau disebut dengan yield gap.
Didalam usahatani salah satu peran petani adalah sebagai manajer. Peran pe-tani sebagai manajer bertugas untuk mengambil keputusan tentang apa yang akan dihasilkannya dan bagaimana cara menghasilkannya, sehingga petani dituntut untuk mempunyai pengetahuan-pengeta-huan (Mosher, 1983). Akan tetapi menurut Prasetya (1993) petani masih perlu bim-bingan dalam pengambilan keputusan sebab pada umumnya petani:
(a) Kurang pengetahuannya dalam cara-cara berproduksi yang baik
(b) Kurang mengetahui cara-cara ber-produksi yang akan datang
(c) Kurang mengetahui perubahan harga dan keadaan harga yang terjadi
(d) Belum mengetahui orang-orang yang dapat dijadikan teman untuk ber-usahatani secara komersial.
Sehingga di dalam usahataninya pe-tani belum mampu mencapai tingkat penggunaan sumberdaya secara optimal.
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan dua masalah penelitian, yaitu: (1) faktor-faktor apa saja yang mempe-ngaruhi terhadap peningkatan produksi padi sawah ?; dan (2) apakah faktor produksi yang dialokasikan untuk usaha-tani padi sawah sudah optimal ?
Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi padi sawah.
b) Menganalisis tingkat optimasi peng-gunaan faktor-faktor produksi pada usahatani padi sawah.
Metodologi
Pihak peneliti memakai beberapa model penelitian antara lain:
1) Metode Penentuan Sampel terdiri dari menentukan desa sampel sebanyak empat buah secara stratified random sampling (contoh acak distratifikasi) kemudian menentukan petani sampel secara random (acak).
2) Metode Pengumpulan Data, terdiri dari: data primer berupa survei langsung & data sekunder berupa buku-buku, arsip & laporan dari kantor pemerintah di desa & kecamatan.
3) Metode analisis data, terdiri dari:
a) Metode Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi Padi. Model matematis fungsi produksi transendental dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = AX1a1 X2a2 …X6a6 eb1X1 + b2X2 …. +b6X6 + d1D1
dimana : Y = produksi dari proses produksi (kuintal); A = intercept; X1 = luas lahan garapan (hektar); X2 = jumlah tenaga kerja efektif (HOK); X3 = jumlah pupuk yang digunakan (kilogram); X4 = jumlah pestisida (liter); X5 = pengalaman petani (tahun); X6 = jarak lahan garapan (kilo-meter); D1 = variabel boneka, jika D1 = 1 daerah irigasi, D1 = 0 daerah non-irigasi (tadah hujan); a1…a6; b1…b6; dan d1 = parameter yang ditaksir. Agar parameter-parameter dapat diestimasi maka model tersebut di atas dirubah kedalam bentuk double logaritma natural (Ln), sehingga merupakan bentuk linier berganda sebagai berikut:
Ln Y = Ln A + a1 Ln X1 + a2 Ln X2 … + a6 Ln X6 + b1 X1 + b2 X2 + … b6 X6 + d1 D1
Untuk mengetahui goodness of fit dari model dilihat dari nilai R2 . Model dikatakan baik apabila nilai R2 mendekati 1. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara serentak dilakukan dengan pengu-jian uji F. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara individu/parsial digunakan uji t. Untuk menguji atau mendeteksi ada tidaknya multikolinieriti digunakan Uji F yang dikembangkan oleh Farrar-Glauber, untuk menguji atau mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson, dan untuk menguji adatau men-deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji Park yaitu meregresikan ei2 dengan Xi dimana ei adalah kesalahan pengganggu dan Xi adalah variabel bebas (Gaspersz, 1991 ; Gujarati, 1995).
b) Metode Analisis Tingkat Optimasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Dengan menggunakkan persyaratan bahwa nilai produk marjinal (NPMxi) sama dengan harga dari inputnya (ri). Dalam kondisi ini berlaku asumsi pasar per-saingan sempurna.
NPMxi = k ir
dimana: k = koefisien pengukur tingkat efisiensi alokasi masukan ke i (Xi).
Ada tiga kemungkinan kasus yang dapat terjadi, yaitu:
*) k = 1, berarti penggunaan faktor produksi X ke i sudah optimum atau sudah efisien.
*) k < 1, berarti penggunaan faktor produksi X ke i melebihi tingkat optimum atau sudah tidak efisien, sehingga penggunaannya perlu dikurangi.
*) k > 1, berarti penggunaan faktor produksi X ke i belum optimum atau belum efisien, sehingga penggunaannya perlu ditingkatkan.
Hasil & Analisis
Hasil analisis signifikansi, elastisitas produksi, dan efisiensi ekonomis dari variabel bebas selama satu tahun masa tanam (MT. I, MT. II, dan MT. III) dapat dilihat pada Tabel 1.
Keterangan : MT = musim tanam; Ep = elastisitas produksi; k = koefisien pengukur tingkat efisiensi ekonomis ; *** = nyata pada taraf kepercayaan 99%; ** = nyata pada taraf kepercayaan 95%; * = nyata pada taraf kepercayaan 90%; NS = tidak nyata (non significant).
Berdasarkan dari tingkat signifikansi, elastisitas produksi dan efisiensi ekonomis tersebut di atas maka dicoba untuk mem-buat pembahasan sebagai berikut:
(1) Luas Lahan Garapan (X1)
Dari semua fungsi produksi baik pada MT. I, MT. II, dan MT. III yang dianalisis memperlihatkan bahwa faktor produksi luas lahan garapan berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah. Untuk MT. I dan MT. II rata-rata luas lahan garapan sebesar 0,58 hektar sedangkan untuk MT. III rata-rata luas lahan garapan sebesar 0,54 hektar. Sawah seluas ini belum memungkinkan untuk diperoleh keuntungan yang maksimum atau belum tercapai efisisiensi ekonomis (optimal). Hal ini bisa dilihat dari nilai koefisien pengukur tingkat efisiensi ekonomis (k) yang lebih besar daripada 1, sehingga luas lahan garapan perlu ditambah luasnya. Di daerah penelitian penambahan luas lahan garapan tidak memungkinkan lagi karena tanah-tanah kosong sudah tidak ada lagi. Kemungkinan penambahan luas lahan garapan dengan cara menambah luas tanam dengan cara meningkatkan intensitas pena naman masih dimungkinkan dengan jalan membuat jaringan irigasi baru untuk sa-wah-sawah tadah hujan atau dengan membentuk kelompok-kelompok tani se-hamparan yang lebih luas untuk menanam secara serentak.
(2) Tenaga Kerja (X2)
Dari semua fungsi produksi baik MT. I, MT. II, dan MT. III yang dianalisis diperoleh hasil bahwa faktor produksi jumlah tenaga kerja efektif berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pro-duksi padi sawah. Penggunaan jumlah tenaga kerja efektif pada MT. I dan MT. II telah melebihi tingkat optimum hal ini dapat dilihat dari nilai k yang lebih kecil dari 1. Rata-rata jumlah tenaga kerja efektif pada MT. I adalah 159,6 HOK dan rata-rata pada MT. II adalah 176,9 HOK. Penggunaan jumlah tenaga kerja yang terlalu banyak ini disebabkan oleh petani yang bekerja sampingan disektor informal selama musim kering di kota pada pulang untuk menggarap sawah sebab pada MT. I (mangsa labuhan) dan MT. II (mangsa rendengan) sudah mulai ada air hal ini terutama terjadi pada sawah tadah hujan. Sedangkan pada MT. III (mangsa mareng) jumlah tenag kerja efektif telah mencapai tingkat optimum hal ini dapat dilihat dari nilai k sama dengan 1. Rata-rata jumlah tenaga kerja efektif pada MT. III adalah 175,2 HOK. Dalam usahatani padi sawah curahan tenaga kerja efektif disesuaikan dengan kegiatan produksi yang meliputi: pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Curahan tenaga kerja yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi padi sawah.
(3) Pupuk (X3)
Penggunaan pupuk berdasarkan hasil analisis berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah pada saat MT. II dengan rata-rata penggunaan sebesar 171,96 kilogram, sedangkan pada MT. I dan MT. III penggunaan pupuk tidak berpengaruh terhadap peningkatan produk si padi sawah. Penggunaan pupuk pada MT. II telah melebihi tingkat efisiensi ekonomis (optimal) artinya penggunaan pupuk sudah tidak menguntungkan lagi karena terlalu banyak, hal ini dapat dilihat dari nilai k yang lebih kecil dari 1. Tingginya penggunaan faktor produksi pupuk di daerah penelitian kemungkinan disebabkan oleh rekomendasi (anjuran) dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang tidak didasarkan pada jenis tanah dan keadaan agroklimat stempat akan tetapi berdasarkan rekomendasi (anjuran) secara global (nasional).
(4) Pestisida (X4)
Berdasarkan hasil analisis penggu naan pestisida (obat-obatan) berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pro-duksi padi sawah pada MT. I, sedangkan pada MT. II dan MT. III tidak ber pengaruh. Penggunaan pestisida pada MT. I belum mencapai tingkat efisiensi eko nomis, hal ini bisa dilihat dari nilai k yang lebih besar daripada 1, sehingga penggu naannya perlu ditambah. Masih rendahnya penggunaan faktor produksi pestisida dalam proses produksi di daearh penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh miskin-nya petani sehingga tidak sanggup untuk membeli pestisida atau kemungkinan pe-tani tidak tanggap terhadap arti penting-nya faktor produksi pestisida didalam menunjang proses produksi.
(5) Pengalaman (X5)
Dari semua fungsi produksi yang dianalisis memperlihatkan bahwa variabel bebas pengalaman petani dalam ber-usahatani tidak berpengaruh (non signi-ficant) terhadap peningkatan produksi padi sawah. Akan tetapi berdasarkan nilai elastisitas produksi menunjukkan hubung an yang negatif yang berarti bahwa semakin tinggi pengalaman akan meng-akibatkan penurunan tingkat produksi padi sawah. Pengalaman sebagai salah satu variabel proxy dari informasi. Informasi tersebut meliputi pengetahuan teknik berproduksi dan pengetahuan pemasaran. Kemampuan petani mengakumulasikan kedua informasi tersebut akan menentukan keberhasilan usahanya. Pengalaman petani dalam mengakumulasikan informasi erat kaitannya dengan kemampuan petani dalam meningkatkan produkstivitas kon-vensional input. Dengan demikian penga-laman berkaitan pula dengan besarnya produksi usahatani yang akan dicapai. Akan tetapi hal ini tidak berlangsung terus menerus, ini disebabkan karena pada taraf tertentu tingginya pengalaman juga berarti makin tua umur petani, semakin tua umur petani berarti makin berkurang kemam-puannya terutama fisiknya untuk bekerja.
(6) Jarak Lahan Garapan (X6)
Berdasarkan hasil analisis jarak lahan garapan dengan rumah tempat tinggal petani berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sawah pada MT. II dan MT. III, sedangkan pana MT. III tidak berpengaruh (non significant). Dari hasil perhitungan nilai elastisitas produksi dari variabel bebas jarak lahan garapan dengan rumah petani menunjuk kan hubungan yang negatif yang berarti semakin jauh jarak lahan garapan dengan rumah petani akan mengakibatkan penu runan produksi. Pengaruh jarak ini adalah melalui pengelolaan usahatani, semakin jauh maka petani akan membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk mencapai tempat kerjanya (lahan garapannya). Hal ini akan mengakibatkan intensitas penge lolaan usahtaninya seperti: mengikuti pertumbuhan tanaman, menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit, dan juga mengurusi irigasi menjadi turun sehingga secara langsung variabel jarak lahan garapan dengan rumah petani akan mampu menurunkan produktivitas tanaman padi sawah.
(7) Sistem Irigasi (D1)
Dari hasi analisis menunjukkan bahwa sistem irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi padi sawah, dimana sawah yang berpengairan teknis mampu meningkatkan produksi sebesar 3,159 lebih besar daripada sawah tadah hujan pada MT. I dan meningkatkan produksi sebesar 4,77 lebih besar daripada sawah tadah hujan pada MT. II. Sistem irigasi teknis berfungsi untuk mengatur air, baik untuk mendatangkan air yang diperlukan untuk kehidupan tanaman dan membuang air yang berlebihan bagi tanaman, mempertahankan dan menambah kesuburan tanah. Dengan melihat fungsi dari sistem irigasi teknis yang dapat mempertahankan dan menambahn kesubur an tanah maka sawah yang beririgasi teknis akan memberikan tingkat produktivitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan sawah tadah hujan.
Kesimpulan & Saran
Dari hasil penelitian dan analisis hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai beikut:
1. Secara bersama-sama (simultan) faktor-faktor: luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida, pengalaman petani dalam berusahatani, jarak rumah dengan lahan garapan, dan sistem irigasi berpengaruh sangat nyata (significant) terhadap peningkatan produksi padi sawah.
2. Secara sendiri-sendiri (parsial) faktor-faktor yang berpengaruh (signi ficant) terhadap peningkatan produksi padi sawah adalah: luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida (obat-obatan), dan jarak lahan garapan dengan rumah petani.
3. Secara sendiri-sendiri (parsial) faktor-faktor yang tidak berpengaruh (non significant) terhadap peningkatan pro-duksi padi sawah adalah: pengalaman petani dalam berusahatani.
4. Melalui analisis optimasi penggu naan faktor produksi dapat disimpulkan:
a) Luas lahan garapan, dilihat dari segi efisiensi teknis penggunaan nya berada pada daerah II (ra-sional) pada MT. II dan MT. III, serta pada daerah I (tidak rasional) untuk MT. I, sedangkan dilihat dari segi efisiensi ekonomis (tingkat optimasi) penggu-naannya belum mencapai titik optimum atau belum efisien, se-hingga penggunaannya perlu ditambah.
b) Jumlah tenaga kerja efektif, dilihat dari segi efisiensi teknis penggunaannya berada pada daerah II (rasional) pada MT. II dan MT. III, sedangkan MT. I berada pada daerah I (tidak rasional), apabila dilihat dari segi efisiensi ekonomis (tingkat opti masi) maka penggunaan jumlah tenaga kerja efektif pada MT. I dan MT. II melebihi titik optimum atau tidak efisien, sehingga peng-gunaannya perlu dikurangi, se-dangkan penggunaan tenaga kerja efektif pada MT. III telah tercapai optimum.
c) Pupuk, dilihat dari efisiensi teknis penggunaannya berada pada daerah III (tidak rasional), akan tetapi apabila dilihat dari segi efisiensi ekonomis (tingkat optimasi) maka penggunaannya melebihi titik optimum atau tidak efisien, sehingga penggunaannya perlu dikurangi.
Pestisida, dilihat dari segi efisiensi teknis penggunaannya berada pa-da daerah II (rasional), sedangkan dilihat dari segi efisiensi ekonomis (tingkat optimasi) maka penggunaannya belum mencapai titik optimum atau belum efisien, sehingga penggunaannya perlu ditambah.
Dari hasil kesimpulan penelitian ini maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Mengingat penggunaan faktor-faktor produksi tidak optimum maka agar penggunaan faktor-faktor produksi tersebut optimum perlu adanya pengurangan dan penambahan faktor-faktor produksi ter-sebut. Agar penggunaan faktor produksi tersebut optimum atau efisien dapat dilakukan dengan:
a) Meningkatkan daya beli para pengelola usahatani (petani) ter-hadap faktor-faktor produksi melalui pemupukan modal dan meningkatkan pemanfaatan fasi-litas modal kredit.
b) Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan petani sebagai pengelola usahatani mela lui kegiatan penyuluhan.
2. Untuk meningkatkan luas tanam padi sawah dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas tanam padi sawah terutama pada sawah tadah hujan dengan cara membangun jaringan irigasi baru atau dengan membentuk kelompok-kelompok tani sehamparan untuk menanam padi sawah secara serentak.
Sumber:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=analisis+jurnal+efisiensi+faktor+produksi%2B+doc&source=web&cd=9&ved=0CFcQFjAI&url=http://images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/S-OiewooCzYAAAMtHII1/FAKTOR%2520PRODUKSI%2520PADI.DOC%3Fnmid%3D337641702&ei=oQ0hT-SKFMbirAfpuoGaCA&usg=AFQjCNGKpgp2o7XqwT6SzsDvQ8zwP1O2IQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar