Y = C+I+G
Nilai pendapatan per-kapita (Y) akan mengalami kenaikan apabila ada kenaikan terhadap nilai C (konsumsi), I(investasi) & G (pengeluaran belanja pemerintah).
Banyak ekonom dan analis serta pelaku usaha yang optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi pada kisaran 6,5% tahun ini 6,4-6,8 tahun depan. Selain konsumsi domestik yang masih akan tetap menjadi andalan, investasi baik domestik maupun asing dipercaya bakal membantu menyangga pertumbuhan ekonomi tersebut.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi apabila kecepatan, efisiensi dan efektivitas kegiatan belanja pemerintah (government spending) dapat dilakukan terutama untuk belanja modal (capital expenditure). Maklum, serapan belanja pemerintah yang lamban dari tahun ke tahun menyebabkan daya dorongnya terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi tidak optimal. Ke depan, perilaku anggaran seperti ini tidak boleh terjadi lagi.
Terkait dengan investasi, salah satu peluang yang mungkin bisa terwujud adalah beralihnya investor asing dari investasi portofolio berjangka pendek ke investasi langsung berupa penanaman modal di sektor riil yang berjangka lebih panjang mulai tahun depan. Oleh karena itu, pemerintah harus menyiapkan berbagai instrumen investasi yang memadai dan memperbaiki infrastruktur. Secara sederhana bisa dilihat dari grafik Y= C+I di bawah ini:
Program Masterplan Perencanaan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 akan berhasil diterapkan dengan syarat terdapat identifikasi kebijakan, prioritas investasi, dan kemauan politik yang kuat serta koordinasi antarlembaga terkait yang lebih harmonis.
Hingga semester I/2011, nilai investasi portofolio yang masuk ke Indonesia mencapai USD19,5 miliar, setelah mencapai level tertinggi pada tahun 2010 sebesar USD30,2 miliar. Surplus neraca modal pada tahun 2010 tercatat USD26 miliar pada tahun 2010. Adapun sampai semester I/2011 surplus neraca modal mencapai USD19 miliar. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment / FDI ) juga menunjukkan tren peningkatan. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal, menunjukkan realisasi investasi hingga September 2011 mencapai Rp181 triliun atau meningkat 20,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang sebesar Rp149,6 triliun.
Investasi ini terdiri dari Rp52 triliun penanaman modal dalam negeri dan Rp129 triliun penanaman modal asing. Jumlah tersebut setara 75,40% dari target investasi tahun ini yang sebesar Rp240 triliun.
Dalam perspektif ini, boleh jadi pemerintah tidak akan mudah mengarahkan investasi portofolio agar masuk ke sektor riil yang bersifat jangka panjang. Apalagi, selama ini investor menilai Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat menarik untuk investasi portofolio karena menerapkan rezim devisa bebas. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu menyakinkan investor bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat. Pemerintah dapat menerbitkan obligasi yang berbasis aset negara khususnya proyek infrastruktur. Sebagai contoh, pemerintah dapat menjadikan proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) sebagai underlying asset obligasi tersebut.
Direktur Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta Kementerian PPN/ Bappenas Bastary Panji mengatakan kebutuhan pendanaan untuk pembangunan proyek Jembatan Selat Sunda diperkirakan mencapai Rp250 triliun atau melonjak dari perkiraan sebelumnya Rp100 triliun. (Bisnis, 15 Nov.) Luky mengatakan perkiraan nilai yang disebutkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang naik dari semula Rp100-Rp150 triliun menjadi Rp250 triliun, disebabkan oleh adanya rencana pembangunan jalur kereta api dan pengembangan kawasan strategis di jembatan Selat Sunda tersebut. Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan tetap akan membangun jembatan Selat Sunda (JSS) meskipun estimasi biaya pembangunannya membengkak lebih dari 100%. Proyek tersebut akan direalisasikan dalam waktu 5 tahun-10 tahun.
Sampai dengan 24 November 2011, total kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai 219,9 triliun atau 30,39% dari total nilai investasi di SBN yang sebesar Rp723,76 triliun.
Kalau pun tidak semua investasi portofolio asing ini dialihkan ke FDI, separu hnya saja sudah mampu memberikan dampak langsung kepada kegiatan sektor riil. Ini akan menambah volume investasi asing langsung (FDI) yang sudah ada di mana sampai dengan September 2011 sebesar Rp 129 triliun dari total investasi yang sebesar Rp181 triliun. Sementara volume investasi dalam negeri hanya mencapai Rp52 triliun.
Jika sampai dengan akhir tahun ini total nilai investasi mampu menembus Rp200 triliun, maka target tahun depan sebesar capaian tahun ini rasanya bisa dicapai. Maklum, pada tahun 2012 nanti arus modal akan tetap masuk ke Indonesia, meskipun nilainya diperkirakan akan turun karena krisis di Eropa belum selesai.
Sumber:
http://jakarta45.wordpress.com/2010/11/16/infrastruktur-jembatan-selat-sunda/
http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/prospek-investasi-sektor-riil-tahun-2012.php